Selasa, 01 Maret 2011

BAITI MADROSATI

BAITI MADROSATI
BACKGROUND
Kita sudah mengenal HS/HE sejak Mei 2005, dan baru melaksanakannya sejak Januari 2007. Sempat juga tergoda untuk memasukkan si sulung ke TK IT formal, namun hanya bertahan selama lima bulan.
Godaan itu sebenarnya dipicu oleh aku sendiri, emaknya. Saya beralasan kepada ayahnya, bahwa barangkali ada hal-hal yang tidak bisa “kita” ajarkan kepada anak yang kan diperolehnya dari sekolah formal. Setelah berhari-hari beragumentasi, akhirnya ayahnya mundur satu langkah dan menyetujuinya, mungkin untuk memberi pembelajaran kepada saya dan memberi pengalaman kepada si sulung.



Dan benar saja, hampir setiap pagi terjadi “morning disaster”, teriakan agar segala sesuatunya dikerjakan dengan cepat dan buru-buru, agar tidak terlambat dan ayahnya juga tidak telat ke kantor. Si sulung yang matanya belum betul-betul melek mengerjakan segala sesuatunya dengan begitu lambat dan ogah-ogahan, sehingga seringkali mengundang emosi.
Disekolah ternyata memang dia datang agak belakangan sehingga menimbulkan “something wrong” dengan mentalnya. Belum lagi pulangnya, karena saya tidak bisa menjemputnya, terpaksa dia harus naik mobil sekolah yang baru sampai dirumah jam tiga sore, karena harus mengantar yang lain dulu, padahal dia pulang jam sebelas siang. Pasti dia sangat lelah sekali sementara waktu makan siangnya juga sudah terlewat. Sekolahnya lumayan jauh karena saya memilih sekolah yang terbaik dan berkualitas–menurut saya. Padahal, menulis, membaca, belajar alqur’an dan lain-lain kamilah yang mengajarnya dirumah, dan terbukti dia lebih unggul daripada teman-temannya disekolah di bidang ini. Begitulah yang dilaporkan oleh walikelasnya.
Akhirnya setelah lima bulan saya menemui kepala sekolahnya untuk mengundurkan diri dan saya kemukakan bahwa si sulung akan melanjutkan “homeschool”. Saya lihat ada aura keraguan dan penuh pertanyaan dari kepsek tersebut. Dia sempat melontarkan pertanyaan,”Lai ka bisa tu?alah bapikiakan” saya menjawab dengan mantap, “InsyaAllah!’
Jadilah semenjak itu si sulung melanjutkan homeschool. Sementara pengetahuan tentang HS terus diperkaya dengan berburu buku-buku tentang HS serta browsing di internet. Dan yang sangat membantu sekali adalah ikut milis sekolah rumah yang telah dirintis oleh mbak Ines, pak Ar bu lala, de el el. Kami juga sudah menjadi member sejak awal tahun berdirinya tahun 2007. Walaupun barangkali kami termasuk member pasif, akan tetapi kami selalu memetik manfaat dari setiap topik yang dibahas, dan setiap tema yang diperbincangkan (terimakasih buanyak2 bapak-bapak dan ibu-ibu pelopor)
Ternyata praktisi-praktisi HS/HE bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka adalah orang-orang yang pintar (dan berpintar-pintar he he),berilmu pengetahuan, open minded, berkarakter dan care dengan masalah pendidikan dan kemajuan masa depan bangsa . Mereka adalah orang-orang yang sungguh luar biasa istimewa, termasuk kami tentu saja, (wow!)Betapa tidak, kami termasuk orang yang “ekstrim” –menantang arus, yaitu membiasakan apa yang belum biasa dilakukan orang biasa, terutama didaerah kami, belum ada teman sama sekali.
However, alhamdulillah sejauh ini kita sangat menikmatinya, dan anak-anak juga having fun saja. Ke PD an saya semakin bertambah juga setelah membaca bukunya Maria magdalena, dimana saya menilai mami Pandu itu PD nya diatas 200 %. Anak-anak juga semakin PD, siapapun yang bertanya tentang sekolah mereka, mereka kan menjawab tanpa ragu-ragu bahwa mereka Homeschooler. Mereka adalah Aisyah 8 tahun 3 bulan, setara kelas 3 SD, Fathimah 6 tahun 4 bulan setara kelas satu SD, dan Abdurrohiim 4 bulan.
We love them. Setiap orang pasti ingin memberikan yang terbaik untuk yang dicintainya. Kami menilai bahwa pilihan homeschool adalah yang terbaik untuk anak-anak kami, maka kami menjadi praktisinya.
BELAJAR DENGAN MEDIA DAN SUMBER APA SAJA
  • Suatu hari ummi membeli karpet bewarna coklat dengan motif kotak-kotak kecil. Setelah karpet digelar, Aisyah dengan mata berbinar berseru,”Ummi, ini bisa untuk belajar perkalian.”Ya betul”kata ummi dengan gembira, karema Aisyah telah menemukan sendiri media belajarnya. Maka jadilah Aisyah belajar perkalian dengan media karpet!!!!
  • Kakak adik, Aisyah dan fathimah suka sekali mengumpulkan batu-batu kecil yang licin. Ayahnya sering bertanya, Untuk apa ini batu-batu dikumpulkan?”Biasanya mereka hanya diam saja karena takut dimarahi. Batu-batu itu mereka kumpulkan dan ditaruh di laci, di tas, di kantong plastik, di kotak tempat makanan mereka atau berserakan saja dilantai. Ayahnya yang well organize merasa sedikit kesal karena ‘nemu batu’ dimana-mana. Sementara si ummi memikirkan bagaimana batu-batu tersebut bisa menjadi media belajar. Dan benar saja batu-batu itu bisa untuk belajar “English and Math as well”
    • In English count the stones how many all together?
    • Count black stones
    • Count white stones
    • Count brown stones
    • Count big stones
    • Count smooth stones
    • How many are brown stones plus black stones ?
    • Big stones add white stones equal ……..
    • How many are smooth stone minus black stones?
    • Etc.
Selanjutnya batu-batu tersebut juga bisa sebagai media untuk belajar science such as, asal bebatuan, jenis-jenis batu, dimana batu bisa ditemukan, trus apa lagi ya?
Tak selang berapa lama batu-batu itu telah menjelma menjadi queen, princess yang cantik jelita, pangeran yang tampan, orang baik,orang jahat, dayang-dayang, singgasana yang megah, tempat tidur, meja, kursi,serta perabot-perabot lainnya. Batu-batu menjelma pula menjadi kuda, kapal dan alat transportasi. Ya! sekarang batu-batu itu sudah menjadi media untuk bermain seni peran,disana mereka bisa melatih bahasa dan mengembangkan imajinasinya hingga tak terbatas melewati ruang dan waktu yang luas.
  • Suatu pagi ketika sarapan dedek bertanya, Ummi teh ini terbuat dari apa?ummi hanya menjawab dengan sederhana, “dari daun teh” terus ayah menawarkan untuk melihat dan mencarinya dari internet, so dua hari dedek belajar tentang teh, mulai dari perkebunan teh, proses pembuatan/pengolahan teh, jenis-jenis teh,ect.
  • Setelah membaca novel serial lima sekawan yang berjudul “Rahasia logam ajaib” Aisyah belajar tentang ‘magnet’. Asal magnet,jenis;jenis magnet, cara membuat magnet dst.
Aisyah juga belajar tentang cara membuat resensi buku dan menuliskannya.
RESENSI BUKU adalah sebuah tulisan yang berisi tentang penilaianmu ttg sbh buku yang antara lain berisi:
PEMBUKA, memuat judul,pengarang,penerbit,dan th terbit.
BAHASAN, memuat kapan dan dimana sebagian cerita berlangsung,siapa tokoh;tokoh utamanya, dan apa pokok persoalan buku itu.
RINGKASAN ISI, menjelaskan tentang cerita atau ide utama buku itu namun kita tidak boleh merusak kenikmatan orang dalam membacanya dengan memberitahukan kejutan-kejutan dalam buku itu.
PENDAPAT PRIBADI, mengunkapkan hal-hal yang paling disukai dari buku itu,terus mengungkapkan kenapa buku itu sangat enak dibaca, memuat kutipan yang plg disukai dari buku itu, siapa yang pantas menikmati buku itu,
PENUTUP, menjelaskan kenapa buku itu baik dibaca orang lain,dan apa manfaatnya.
  • Setelah membaca sekitar 16 buah buku KKPK (kecil-kecil punya karya)dedek belajar menulis sinopsis cerita-ceritanya. Kalau menceritakan secara verbal sih alhamdulillah jauuuh lebih pintar dari aku emaknya, mereka berdua bisa bercerita secara runut dan terpola sambil tidak lupa menyebutkan nama-nama tokoh, dan lokasinya. Pokoknya kita sudah puas mendengarkan ceritanya saja tanpa membaca bukunya.
  • Suatu pagi ketika pulang dari marathon (lari pagi)Aisyah melihat tupai melompat dari pohon kelapa yang satu ke pohon yang lainnya. Kemudian dia berkata “Ummi aisyah tahu kenapa tupai kalau terjatuh ia tidak cedera.” “Kenapa? Tanya ummi. Aisyah menjelaskan,”tupai itu kalau terjatuh ia akan mendarat dengan sempurna dengan mengembangkan bulu-bulu ekornya. Wah ummi baru tahu nih. Ya !aisyah sudah keranjingan membaca, sering pengetahuannya melebihi aku emaknya.
  • Di pojok loteng sebuah bank (waktu itu aisyah ikut ayah ke bank) Aisyah melihat sarang laba-laba,terus dia berkata, Yah! Aisyah tahu kenapa laba-laba membuat sarang seperti jaring-jaring.” ‘kenapa?” tanya ayah. ‘ Itu untuk menangkap mangsa, sebagai bahan makanannya yah. Oooo, kata ayah. “Dari mana aisyah tahu yah, katanya lagi. “dari mana?” tanya ayah. “ Ya dari bukulah, kata Aisyah bangga.
  • Apapun topik yang dibahas pasti ada cerita yang kan mengalir sesudahnya,mulai dari cerita atap langit hatta cerita tahi kucing pun ada, namun yang unik dan menguntungkan adalah pasti ada pelajaran, ada ilmu penegetahuan dan hikmah yang diambil dari kisah dan cerita yang mereka baca. Alhamdulillah.Itulah ilmu tanpa batas, tanpa target kurikulum, tanpa beban PR yang menumpuk, belajar tanpa beban dan having fun, belajar dari keinginan mereka sendiri tanpa paksaan dan tanpa tekanan, dan insya allah jauh dari bullying.
  • Aisyah dan Fathimah juga suka main guru-guruan – kata mereka main guru-guruan, namun sejatinya mereka belajar beneran. Sering ummi yang dapat peran menjadi guru. Mata pelajarannya mereka yang menentukan, namun ummi yang memilih topik yang cocok untuk mereka. (pura-pura belajar di sekolah formal, gitu lho)
  • Sering juga Aisyah atau Fathimah yang berperan menjadi guru buat teman-teman sebaya mereka masing-masing. Mereka belajar atau mengajarkan teman-temannya membaca, menulis atau matematika. Atau hanya membacakan buku cerita untuk teman-temannya yang belum bisa membaca. Atau berkisah tentang nabi-nabi, para sahabat dan sahabiah
KEUNTUNGAN HS/HE YANG KAMI RASAKAN
Rabbana hablana min azwaajina wazurriyyatina qurrata a’yun waja’alna lilmuttaqiina imaama.
Kalau dibandingkan dengan anak-anak orang kebanyakan (dikampung kita ini)_—membandingkan nih yee— Alhamdulillah kita dikaruniai anak-anak yang patuh, penurut dan tidak “neko-neko”. Mereka tidak banyak jajan, or mereka tidak crazy about jajan “makanan-makanan sampah”, mereka bisa dikasih pengertian dan tidak ngotot agar kemauannya dikabulkan. Sehingga kita bisa berhemat dan uangnya ditabung untuk beli buku-buku, walau snack lain yang lebih baik dan bergizi tetap harus kita siapkan.
Mereka juga tidak terlalu susah disuruh untuk shalat, dan termasuk anak-anak yang rajin mengaji, bahkan Dedek saat ulang tahun keenam sudah lancar membaca Alqur’an. Mereka juga belajar menterjemahkan Alqur’an dan juga mau mendengarkan tafsirnya, serta sangat antusias untuk menuliskannya.
Aktifitas bangun pagi bukan untuk pergi sekolah tapi untuk sholat subuh. Ummi atau ayah berkata “get up! Get up ! pray Subuh instead of Bangun! Bangun sekolah ! Cepat nanti terlambat. Yang jelas terhindar dari morning disaster –kekacauan pagi hari—and bullying at home.
Mereka juga sangat ‘crazy’ dengan aktivitas membaca. Sudah puluhan bahkan ratusan buku yang mereka baca,tentu saja tanpa disuruh-suruh. Serta sudah mulai menulis karangan-karangan pendek.
Mereka mau untuk tidak main jauh-jauh, still under control. Subhanallah walhamdulillah.
Mereka belajar tidak terpaksa dan dipaksa, keinginan belajar telah tumbuh dari diri mereka sendiri.Rasa keingin tahuan mereka cukup tinggi. Untuk berbagai topik yang dibahas pertanyaannya sungguh bejibun, seakan tak kehabisan bahan untuk ditanyakan. Ya Rabb bantulah kami sehingga tak pernah mematikan kreatifitasnya.
Dan yang lebih istimewa lagi mereka percaya untuk belajar dengan orang tua, ayah ummi mereka sendiri, dimana sebagian besar anak-anak tidak percaya dan tidak mau belajar dengan orang tua mereka sendiri.—Ya Rabb Ada syukur yang tidak terhingga……..,karena dulu aku sekolah di keguruan, pernah kuliah di Fakultas MIPA jurusan matematika, pernah kuliah difakultas bahasa dan seni jurusan Bahasa Inggris, pernah kuliah di Ma’had Almadaniy jurusan bahasa Arab, di LIPIA nyambung bahasa Arab, pernah belajar tahsin dan tahfiz al Qur’an dengan ustazd dan ustazah yang subhanllah, dan syaikh “native speaker “ yang bacaan Qur”annya bersanad, saya juga sering mengikuti pelatihan, trainning dan seminar tentang pendidikan, dan parenting dan saya juga curious untuk membaca dan membaca.Saya juga bisa,–walaupun tidak mahir—memasak, membuat kue,menjahit, merajut, merangkai bunga,dan sedikit berkebun. Ayahnya juga expert dalam bidang komputer dan sangat senang olah raga, lemah lembut, penyayang dan emosinya tidak meledak-ledak sepert saya. Saya sadar, saya bukanlah segalanya, dan saya bukan segala tahu, saya banyak kekurangan dan kelemahan, but I will do my best for my children.
Allah Ta’ala telah mendelegasikan lewat RasulNya Muhammad saw, agar mengajarkan dan memberikan pada anak 3 hal; yakni memberi nama yang baik, mengajarkan shalat dan mengajarkan Al qur’an. Hanya tiga hal, akan tetapi keluasannya mencakup langit dan bumi beserta isinya. Tersirat ma’na untuk mengajarkan ilmu duniawi dan ukhrawi. Sungguh merupakan tanggung jawab yang berat bagi orang tua sebenarnya. Dan Allah ta’ala juga tidak sia-sia. Dia telah meyediakan pahala dengan balasan berupa surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Tentu saja bagi yang melaksnakan dengan penuh keikhlasan dan berdasakan ilmu, karena itulah dua syarat diterimanya amal. Nah! Bagi orang tua yang mendidik dan mengajar sendiri putra –putrinya dengan berbagai ilmu yang berguna dan bermanfaat, tentu balasan berupa pahala tersebut dia yang akan memperolehnya, BUKAN orang lain.
TENTANG KARAKTER
Suatu hari ketika pulang dari rumah nenek ada seseorang yang menebang pohon disebuah lahan di pinggir jalan. Fathimah berkata, Mi orang itu tidak bertanggung jawab ya, dia menebang pohon.” Oo’ orang itu mungkin akan memerlukan kayunya. Orang yang tidak bertanggung jawab adalah orang yang menebang pohon sembarangan di hutan, sehingga hutannya menjadi gundul, dan menyebabkan banjir dan tanah longsor, kata ummi menjelaskan.
Dalam perjalanan pulang dari payakumbuh ummi menyuruh fathimah membuang sampah/bekas botol minumannya yang sudah kosong. Namun fathimah menjawab “ tidak Mi, tidak boleh buang sampah sembarangan, nanti kita kebanjiran.” Oh iya ya , kata ummi malu “Ummi lupa.”
Ketika melihat pemandangan bagus, Aisyah berkata,”Masya Allah bagus sekali pemandangannya.” Ungkapan Ta’jubnya tidak melupakannya pada penciptanya.
Aisyah mengingatkan ummi ketika ummi menginjak rumput bunga kuning dihalaman. “Ummi, minta maaf dulu sama rumput, ummi sudah menginjaknya dengan honda.” Duh anakku perasaannya halus sekali. “Eh, iya ummi lupa” kata ummi.
Aisyah tidak sengaja menginjak kaki Fathimah, Aisyah buru-buru berkata, “Maaf dek, uni ga sengaja”. Fathimah tidak marah dan mau memaafkan.
Muhammad, sepupu Fathimah yanag sebaya, sedang berusaha menulis huruf dengan bagus terus Fathimah bilang, “Wah pintar Muhammad, sudah berusaha, “ Padahal Fathimah tahu kalau tulisan Muhammad itu belum sebagus tulisannya sendiri, tapi fathimah terus memuji supaya Muhamad tetap semangat..
TENTANG SOSIALISASI
Banyak sekali orang yang meragukan tentang sosialisasi anak-anak Homeschooler. Kalau menyebut HS pasti rentetan pertanyaan yang selalu muncul adalah tentang sosialisasi. Banyak orang beranggapan bahwa sosialisasi hanya sah untuk teman-teman sebaya saja, padahal sosialisasi maknanya sangat luas. Mengutip ungkapan Sumardiono, praktisi HS bahwa sosialisasi mencakup sosialisasi harizontal dan sosialisasi vertikal. Sosialisasi harizontal adalah hubungan untuk teman sebaya, sedangkan sosialisasi vertikal untuk lintas umur— tua, muda, kecil, besar, kaya miskin , pandai kurang pandai dst.
Pengalaman kami, sejauh ini anak-anak tidak mengalami masalah dalam sosialisasi. Dia bisa bergaul dengan siapa saja, dengan teman sebaya atau lintas umur dengan rasa enjoy dan fun, alhamdulillah.
Kebetulan tempat tinggal kami dekat sekali dengan sekolah. Siang hari kira-kira jam sekolah bubar, mereka kan bertanya, “Anak-anak sekolah sudah pulang atau belum mi?” Setelah minta izin biasanya mereka akan bermain dengan riang gembira bersama anak-anak “sekolahan” tersebut.
Sore hari ketika saya memberikan les kepada anak-anak “sekolahan” mereka juga bisa bermain dengan mereka. Mereka kelihatan tidak canggung sama sekali, tetap masih bisa tertawa ceria dan bercengkrama dengan sungguh senangnya.
Minggu kemaren ada acara parenting untuk ibu-ibu di mesjid Al Hidayah. Setelah pulang aisyah bercerita, “Mi, tadi kami bercakap-cakap sebentar dengan suami ibu Novi, pemateri tadi, beliau menanyakan tentang sekolah, dan tentang pelajaran qur’an kami .” Dan memang saya melihat dari jauh mereka “having conversation” Mereka berbicara dengan sopan,tanpa malu-malu dan penuh percaya diri.
Ketika bermain kerumah salah seorang temannya, Aisyah bercerita, “ Mi kami tadi “maota” pulo dengan mami yang punya warung dekat sekolah SD. “Apa yang dibicarakan ? tanya ummi. “banyaklah” jawab Aisyah.

Tidak ada komentar: